Saat harga telur itik terjun bebas seperti sekarang maka banyak peternak itik petelur yang gundah gulana merenungi nasibnya. Tinggi rendahnya harga telur bebek sangat mempengaruhi kesejahteraan peternak itik petelur. Keadaan ini kadang memaksa peternak untuk mengafkir itiknya atau bahkan berhenti beternak untuk kemudian menunggu saat harga telur membaik dan memulai lagi usaha peternakan itik petelurnya.
Mengapa jika harga telur terjun bebas banyak merugi? Hal ini erat kaitannya dengan biaya pakan yang harus ditanggung peternak. Dengan asumsi rannsum/campuran pakan itik menggunakan bekatul dan konsentrat itik petelur dengan perbandingan 3 : 1 dan harga bekatul Rp. 3000/kg serta harga konsentrat itik petelur Rp. 9.000/kg maka kita dapatkan biaya per kg ransum adalah sebesar Rp. 4500. Jika seekor itik menghabiskan ransum sebanyak 150 gram berarti per ekor itik membutuhkan biaya pakan harian sebesar Rp. 675.
Jika harga telur hanya Rp 1.000/butir dan dari 100 ekor itik hanya 70% saja yang bertelur maka kita akan mendapatkan hasil penjualan telur sebesar Rp. 70.000, sedangkan biaya pakan yang harus ditanggung adalah sebesar Rp. 67.500 karena itik yang tidak bertelur pun butuh makan, berarti terdapat selisih sebesar Rp. 2.500 saja. Selisih ini belum dipotong biaya vitamin,listrik, obat2an dan tenaga operasional. Iya kalau itik yang bertelur mencapai 70% dari populasi? bagaimana jika cuma 50% saja? jelaslah memelihara itik petelur pada saat harga telur terjun bebas bukanlah hal yang menguntungkan.
Memang kita dapat mengolah telur itik menjadi telur asin yang memiliki nilai jual cukup tinggi, tetapi pangsa telur asin biasanya sudah memiliki market/pasar sendiri sehingga 'tukang telur asin dadakan" cukup kesulitan untuk memasarkan dagangannya jika mereka belum memiliki jaringan tersendiri. Begitu juga halnya jika kita menetaskan telur untuk dibuat anakan itik/dod, penjualan dod tidak semudah yang dibayangkan apabila kita bukan merupakan pemain lama dipenetasan telur itik. Bukannya menangguk untung dari penjualan dod/meri kita malah harus menambah biaya pakan dan perawatan untuk dod yang baru lahir.
Lalu apa yang harus kita lakukan saat harga telur terjun bebas seperti sekarang? Jawabannya adalah bukan apa yang harus kita lakukan sekarang tetapi apa yang sebaiknya jauh-jauh hari sudah kita persiapkan untuk pakan itik kita karena pola pakan itik tidak kita bisa rubah dalam sekejap. Yup...pakan murah adalah salah satu kunci kita bertahan sebagai peternak itik petelur.
Saat yang lain merenungi harga telur yang rendah, peternak yang menggunakan pakan alternatif masih bisa tersenyum kecil karena masih memiliki selisih keuntungan yang cukup untuk membiayai operasinal dan pakan itik petelurnya. Mau contoh pakan alternatif yang murah ? Yuuk ah kita lihat komposisinya :
1. kebi/polesan beras 110
2. roti 50
3. kupang 25
4. canggei/kacang atom 50
5. katul/ampok jagung 50
6. sentrat itik petelur 100
Total 385 bagian
Campuran pakan tersebut hanya menghasilkan harga bahan Rp. 3.800/kg yang berarti memiliki selisih Rp. 700/kg dari ransum standar, atau Rp 570 per ekor itik. Selisih harga sampai 100 rupiah per ekor itik setiap harinya akan sangat memberikan perbedaan dalam peternakan itik petelur. Jika yang kita pelihara itik berjumlah 100 ekor maka akan terdapat selisih sebesar Rp 300.000/bulannya. Bagaimana jika kita pelihara 1.000 ekor?
Bagaimana dengan nutrisi pakan campuran tersebut? ya dihitung sendiri yo mas...khan sudah saya terangkan bagaimana menghitung sendiri nutrisi pakan di blog ini. Campuran pakan diatas juga bukan merupakan rumus baku yang harus ditaati dalam artian penggunaannya sangat memperhitungkan ketersediaan dan harga bahan pakan yang digunakan. Jika bahan semisal roti tidak tersedia maka bisa diganti dengan nasi sisa/aking yang misalnya sedang banyak dan berharga murah asalkan perubahannya kita lakukan secara perlahan-lahan.
Jangan pula anda anggap ransum diatas sebagai tidak ilmiah karena faktanya banyak hasil penelitian juga menggunakan campuran pakan yang berasal dari limbah/ampas. Cukup sulit juga bagi saya untuk merayu sang pemilik pakan alternatif tersebut agar dipublikasikan karena takut disangka pamer kesombongan/keahliannya. Nyatanya sang pemilik ramuan tersebut pernah menjuarai lomba peternakan itik se Jawa Timur lho. Mau bukti? datang saja ya kerumah mas Aky Rhentabala....
Salam wek wek
<()
( )
( 2)
^^
ADS HERE !!!