Rontok Bulu Paksa Pada Itik, Perlukah?
Oleh : Gandi Margono
Rontok bulu merupakan suatu peristiwa fisiologis dimana bulu itik lama rontok dan digantikan dengan bulu yang baru. Jenis rontok bulu terbagi dua macam yakni rontok bulu kecil apabila hanya bulu badan yang rontok dan rontok/ranggas besar apabila bulu sayap yang rontok.Untuk unggas petelur hal ini sebenarnya merupakan peristiwa alami dimana rontok bulu merupakan waktu istirahat organ reproduksi setelah masa bertelur yang panjang. Di alam liar itik betina merontokkan bulunya saat mengerami telurnya dan menggunakan bulu yang rontok tersebut untuk alas kandang calon bayinya. Itik jantan merontokkan bulunya saat musim kawin agar memiliki bulu yang indah untuk menarik hati pasangannya. Rontok bulu juga dipergunakan itik agar menyatu dengan lingkungannya/kamuflase agar tidak terlalu terlihat oleh pemangsanya.
Setelah itik diternakkan/domestikasi dan melalui proses seleksi ( baik seleksi alam maupun buatan ) ternyata sifat rontok bulu ini masih terdapat pada sebagain besar itik sehingga berdasarkan sifat rontok bulu kita dapat membagi itik kedalam 4 golongan yakni : itik yang mengalami rontok bulu kurang dari sebulan, itik yang rontok bulu lebih dari sebulan, itik yang rontok bulu dan tidak bertelur, serta itik yang rontok bulu tetapi tetap bertelur. Hal ini bisa jadi karena tingkat kemurnian itik lokal indonesia yang tidak 100% akibat tercampurnya genetik itik lokal dengan itik lain semisal itik Peking ataupun itik khaki Campbell.
Normalnya itik mengalami rontok bulu pada saat pergantian musim, dan karena Indonesia hanya memiliki 2 musim saja harusnya itik mengalami rontok bulu saat musim hujan, tetapi dengan sistem ternak intensif ternyata itik bisa menjadi lebih lambat ataupun lebih cepat mengalami rontok bulu. Itik sering ditemukan mengalami rontok bulu 2 atau 3 kali dalam setahun, dan sangat jarang itik belum rontok bulu setelah 2 tahun. Jadi selain naluri alamiah itik ada banyak faktor lain yang ikut mempengaruhi terjadinya rontok bulu sehingga timbulah rontok bulu sebelum waktu normalnya. Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya rontok bulu pada itik adalah :
A. Genetik Itik
Itik lokal yang memiliki darah genetik keturunan itik peking akan memiliki masa bertelur panjang sebelum rontok bulu tetapi dengan produktivitas yang rendah. Hal ini dipengaruhi oleh sifat bawaan itik peking sebagai itik pedaging yang memang produktivitas telurnya rendah, rontok bulu itik peking juga hanya rontok bulu halus dan tidak menyebabkan berhenti bertelur, itik peking umumnya mengalami rontok bulu besar setelah 40 minggu periode produksi.
B. Perubahan Pakan
Itik merupakan hewan yang tidak suka akan perubahan, bila terjadi perubahan bahan pakan secara drastis itik akan stres dan berujung dengan rontoknya bulu itik. Sejak fase grower mekanisme ditubuh itik telah menyesuaikan pakan yang dikonsumsi dengan kebutuhannya sehingga perubahan drastis akan membuat itik stres.
C. Perpindahan Tempat
Perpindahan lokasi kandang juga ditanggapi itik sebagai perubahan suasana dan lingkungan sehingga itik belum merasa nyaman dengan lingkungan barunya dan berujung terhentinya produksi telur dan rontok bulu.
D. Tingginya Kadar Garam
Kadar garam merupakan hal yang sensitif pada unggas, penambahan garam sebanyak 2-5% saja dalam komposisi pakan akan menyebabkan itik rontok bulu. Begitu juga dengan kekurangan garam/mineral dipakan akan menyebabkan itik rontok bulu.
E. Fermentasi
Pakan fermentasi terutama yang mengandung ragi ditengarai bersifat panas sehingga itik lebih mudah rontok bulu. Demikian juga dengan penggunaan urea pada pakan fermentasi dan terlalu lama nya proses fermentasi yang berujung timbulnya alkohol akan menyebabkan bulu itik rontok.
F. Datangnya Musim Hujan
Secara naluriah datangnya musim hujan akan ditanggapi itik sebagai saatnya untuk rontok bulu dan istirahat bertelur. Menghindari itik dari terkena air hujan dan melihat hujan akan membuat masa bertelur lebih panjang.
Saat rontok bulu umumnya produksi telur juga berhenti sehingga sering peternak merasa rugi dan menjualnya. Tindakan ini bisa dibenarkan bila itik telah 2x produksi, tetapi bila baru sekali masa produksi sangat disayangkan karena itik yang telah rontok bulu saat bertelur kembali biasanya memiliki ukuran telur yang besar-besar dan lebih stabil produksinya.
Banyak pula para praktisi yang menyarankan metode laring/force moulting atau rontok bulu paksa untuk itik yang sedang mengalami rontok bulu. Rontok bulu paksa adalah suatu proses dimana itik diberikan perlakuan agar mengalami rontok secara serentak. Perlakuan yang diberikan bisa berupa metode puasa, pemberian Seng Oksida (ZnO), Pemberian Tiroksin dan lainnya. Yang umum disarankan praktisi ternak adalah metode puasa dan pembatasan nutrisi pakan. Apakah metode tersebut layak dijalankan pada itik? Mari kita bahas..
1. Bulu pada itik mengandung 80-90% protein yang tentu saja diperoleh dari makanan yang diterimanya. Dengan metode puasa dan pembatasan jumlah pakan tidak saja membuat itik menderita ( animal welfare) tetapi sekaligus memperlambat tumbuhnya bulu itik akibat kurangnya nutrisi pembentuk bulu. Memang itik akan lebih cepat mengalami rontok bulu tetapi apakah juga lebih cepat pertumbuhan bulunya?
2. Dengan sistem pemeliharaan itik yang masih banyak dipelihara secara postal dan bukan baterai sangat sulit bagi peternak membedakan mana itik yang rontok bulu dan tidak produktif akibat tercampurnya produksi telur dari sejumlah itiknya. Bisa saja itik yang mengalami rontok bulu tetapi produktif malah kena program rontok paksa.
3. Dengan rontok paksa peternak berpotensi akan kehilangan 10-40% produksi telur itiknya, hal ini karena rontok paksa disarankan bila produksi itik tinggal 10-40% saja. Apakah kehilangan pendapatan tersebut sebanding dengan hasil yang diterima? Saya rasa tidak sebab peningkatan produksi yang didapat itik memang seharusnya didapat peternak setelah itiknya normal bertelur, cuma waktunya saja yang dimajukan. Jelas kehilangan potensi pendapatan tidak sebanding dengan hasil yang memang akan diterima.
4. Rontok paksa beresiko memperbesar kemungkinan itik mati akibat tingginya stres dan kurangnya asupan nutrisi pakan, ini tentu bukan hal yang baik mengingat harga itik petelur adalah 35-40 x lipat harga telur. Kehilangan bayah merupakan resiko yang lebih besar ketimbang berkurangnya produksi telur.
5. Lamanya rontok itik satu dengan lainnya berbeda sehingga perlakuan rontok paksa justru memperlama pulihnya bulu itik untuk itik yang memiliki sifat rontok bulu cepat.
Jika rontok bulu paksa tidak disarankan, lalu adakah metode lain untuk mempercepat tumbuhnya bulu itik sehingga itik dapat bertelur kembali.? Penelitian Rosidi dkk dari Universitas Gajahmada menyatakan bahwa pemberian tepung retikulum/babat sapi sebanyak 1,43% kedalam ransum itik tegal sudah mampu mempercepat periode rontok bulu, dan pemberian 2,86% tepung retikulum/babat sapi sudah mampu membuat itik bertelur kembali. Hal ini diakibatkan tepung retikulum sapi mengandung hormon FSH dan LH yang merangsang pembentukan telur.
Bagaimana cara membuat tepung retikulum/babat? gampang mas :
a. ambil babat dan iris sekecil mungkin, lanjutkan giling dengan mesin blender agar halus.
b. bungkus hasil gilingan dengan plastik tahan api dan kukuslah sampai matang
c. hasil daging kukus bisa langsung dicampurkan pada pakan bebek atau digiling ulang agar berbentuk halus.
d. pemberian tepung babat bisa ditambahkan cairan folikel/ovarium sapi betina untuk hasil maximal.
Itik yang sedang mengalami rontok bulu pun disarankan untuk mendapatkan akses kekolam agar itik dapat mandi. Dengan mandi itik akan menyisir bulunya dan secara tidak langsung merangsang kelenjar minyak pada bulu keluar dan mempercepat timbulnya bulu baru. Jadi apakah rontok bulu paksa itu diperlukan?
Salam Wek Wek
<()
( )
( 2)
^^