Bebek Disimpang Jalan
Oleh : Gandi Margono
Tahukah anda bahwa setiap tahun China memproduksi lebih dari 1,7 miliar bebek pedaging pertahun? Jumlah itu berarti 73% dari produksi bebek dunia berasal dari China. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia hanya memproduksi 1,2% saja yang berarti masih kalah dibandingkan dengan Taiwan (1,5%), Thailand (2,5%) ataupun Vietnam (3,3%). Produksi bebek Indonesia hanya unggul atas Korea Selatan (1%), Myanmar (0,9%) dan Filiphina (0,4%). Walaupun unggul atas beberapa negara namun hal itu juga bukan jaminan akan bertahan lama karena peternakan di Korea Selatan dan Filiphina pun sekarang sedang berkembang dengan pesatnya.
Mengapa bebek begitu populer di China? Bebek populer di China karena bebek paling tidak telah dipelihara/domestikasikan di China untuk 3000 tahun yang lalu. Pada jaman dinasti Ming (1368-1644 M) bebek peking sudah dikembang biakan dengan karakter genetik yang stabil. Untuk memenuhi kebutuhan pejabat tinggi dan tuan tanah feodal maka hanya petani terpilih lah yang diperkenankan untuk memelihara bebek ( Jung dan Zhao 1980). Petani terpilih memperoleh banyak fasilitas dan hadiah jika berhasil merawat bebek dengan baik. Bebek di China selain diternak juga dipergunakan untuk mengontrol populasi hama padi semisal kepiting amphibi, wereng, belalang dan keong.
Pemerintah China jaman dahulu juga berperan dalam perkembangan bebek di China. Pada jaman Dinasti Ming ( 600 tahun yang lalu ) koki dari seluruh penjuru China melakukan perjalanan ke ibukota Beijing untuk memasak makanan untuk kaisar. Timbulah persaingan untuk memasak dengan hasil terbaik dan salah satu bahan yang umum digunakan adalah daging bebek. Hanya koki terbaik lah yang kemudian terpilih untuk bisa masak didapur istana kerajaan. Ini bukan pekerjaan biasa dan memiliki gengsi tinggi karena juru masak/koki istana merupakan jabatan yang selevel dengan menteri. Resep masakan istana ini pada akhirnya sering diselundupkan dijalanan-jalanan kota beijing dan penjuru China lainnya karena banyaknya permintaan akan hidangan bebek peking yang lezat.
Sampai sekarang pun pemerintah China masih memberikan subsidi kepada peternak bebek di negaranya dengan cara penyediaan pakan murah, kredit perbankan yang lunak, pembebasan pajak
dan bantuan modal serta bimbingan teknis masalah peternakan. Bebek peking pun menjelma menjadi salah satu simbol khas kerajaan China dimana sering disajikan didalam jamuan kenegaraan.
Bagaimana dengan partisipasi pemerintah kita untuk perkembangan bebek di Indonesia? partisipasi pemerintah disektor ini masih terasa sangat kurang terbukti dengan sulitnya fasilitas kredit tanpa agunan bagi peternak, harga pakan yang tidak terkontrol, dan bimbingan serta pelayanan dari dinas terkait yang masih belum menyentuh kebutuhan peternak. Belum lagi penanganan masalah penyakit yang terkadang dilakukan dengan ngawur. Mau tahu contoh ngawurnya? Jika dalam sebuah peternakan terindikasi flu burung dan menghubungi dinas terkait, maka dinas terkait akan memeriksa dan jika positif maka seluruh unggas yang ada akan dimusnahkan. Lha terus peternaknya suruh makan apa? Bukankah unggas yang mampu bertahan dari penyakit flu burung juga akan menurunkan kekebalan tersebut kepada keturunannya? lha kok malah ikut dibunuh semua? Embuhlah..
Bebek pedaging di Indonesia berasal dari 4 macam sumbernya yakni pembesaran itik lokal, itik hibrida dan itik peking serta itik petelur yang telah memasuki masa afkirnya. Itik pedaging lokal terlahir dari ide kreatif peternak yang memanfaatkan itik jantan petelur yang berlebih untuk dibesarkan sebagai pedaging. Itik hibrida juga merupakan kreatifitas untuk mencari itik yang lebih cepat pertumbuhannya tanpa kehilangan sifat itik lokalnya. Itik peking merupakan itik pedaging yang khusus di impor sedangkan itik petelur afkir merupakan "sisa" yang bernilai tinggi sebagai itik pedaging. Keempat macam jenis itik pedaging tersebut bersaing secara aneh di Indonesia dimana jika salah satu pasokan tidak terpenuhi maka bisa diupayakan dari jenis lainnya..hehehe
Selain faktor diatas bebek pedaging di Indonesia sebenarnya berada dipersimpangan jalan apakah daging bebek akan menjadi menu masakan umum seperti daging ayam negeri yang ada ditiap meja makan rumah penduduk atau hendak menjadi makanan mewah yang hanya tersedia di restoran berkelas. Masing-masing pilihan akan membawa konsekuensi bukan saja terhadap penjualnya tetapi juga sampai ke peternak dan pembibitnya.
Bila hendak diupayakan menjadi masakan umum maka diperlukan harga jual yang murah dengan kualitas daging yang tebal/banyak disetiap ekornya. Diperlukan juga banyak tempat rumah pemotongan bebek (RPB) agar daging bebek dapat mudah dicari. Hal ini juga berarti memerlukan harga bibit dod/meri yang murah, pakan murah,obat-obatan/vitamin murah dan jalur distribusi yang mudah dan bantuan pemerintah didalamnya.
Apabila hendak diupayakan sebagai makanan berkelas maka diperlukan inovasi dan kreativitas agar tercipta masakan yang lezat. Sebagai contoh untuk membuat bebek peking yang lezat maka China telah mengembangkan teknologi/cara memasak yang unik dimana daging bebek dipompakan udara kedalamnya sehingga terpisah antara lemak dan kulitnya, belum lagi dengan cara memanggangnya dan pemilihan bumbu-bumbunya sehingga bebek peking panggang terasa crispy dan jauh dari bau amis.
Selain faktor kelezatan masakan faktor lokasi dan suasana rumah makan pun menjadi point penting untuk menambah kualitas dan nilai jual daging bebek. Tak heran karena penikmat masakan sekarang tidak hanya membeli rasa masakan sebuah restoran tetapi juga suasana, pemandangan/view dan pelayanan dari sebuah restoran/rumah makan. Restoran Bebek Kaleyo dan Bebek Tepi Sawah telah memadukan hal tersebut dengan baiknya.
Jadi mau dibawa kemana bebek pedaging Indonesia?
Sumber : Domestic duck production : science and practise, Peter Cherry and trevor Morris
Salam wek wek
<()
( )
( 2)
^^
ADS HERE !!!