Teknik Tambal Sulam Sebagai Alternatif Afkir
Oleh : Gandi Margono
Bila produksi itik petelur dibawah 50% maka umumnya para peternak akan mengafkir semua itik mereka karena jelas dengan harga pakan yang tinggi, produksi dibawah 50% bisa dikatakan pemeliharaan itik petelur sebagai sebuah usaha yang merugi. Dengan mengafkir semua itiknya peternak berarti kehilangan sumber pendapatan hariannya yang biasanya diperoleh dari penjualan telur. Lalu apakah ada cara cerdas untuk mengakali produksi yang dibawah 50% tanpa harus kehilangan pemasukan harian?
Peternakan skala besar biasanya mengakali penurunan produksi telur dengan tehnik tambal sulam, dengan teknik tambal sulam peternak masih mendapatkan pendapatan hariannya dan potensi peningkatan produksi telur pada bulan berikutnya. Lho kok bisa? ya bisa mas karena genetik itik petelur lokal indonesia biasanya tercampur sehingga wajar kita mendapatkan berbagai kualitas itik petelur sehingga hanya seleksilah yang bisa menaikkan produksi telur. Tentu lain ceritanya jika kita mendapatkan bibit petelur dari sumber resmi terpercaya dan menghasilkan bayah sendiri sehingga kita dapat mendapatkan itik petelur yang seragam kualitasnya.
Tehnik tambal sulam adalah menyeleksi itik peliharaan berdasarkan ciri itik produktif dan mengafkir itik yang dianggap tidak produktif, kemudian hasil penjualan itik afkir dibelikan kembali itik remaja/bayah yang siap berproduksi. Inti dari tehnik tambal sulam adalah mengecilkan biaya pakan yang disebabkan oleh itik tidak produktif yang ikut makan. Keuntungan tehnik tambal sulam dapat dinikmati setelah 1 bulan dijalankan karena itik remaja/bayah yang kita beli memerlukan adaptasi dan biasanya dapat berproduksi baik setelah 1 bulan.
Tentu saja saat melakukan tambal sulam kita memerlukan biaya ekstra untuk menambal kerugian kita saat menjual itik afkir kemudian membeli itik remaja/bayah. Namun kerugian ini hanya 1 kali sifatnya sedangkan bulan berikutnya kita dapat menangguk untung, hal mana yang berbeda dengan kerugian terus menerus bila kita tidak melakukan tehnik tambal sulam ini, ataupun hilangnya pendapatan harian bila semua itik kita afkir.
Selain modal tambahan diperlukan juga keahlian kita dalam memilih mana itik yang produktif dan mana yang tidak agar dapat melakukan tehnik tambal sulam ini. Keahlian kita juga diperlukan untuk memilih itik bayah/remaja yang siap bertelur agar proses tambal sulam berjalan lancar. Cara seleksi itik yang tidak produktif dan produktif sudah pernah saya bahas dalam artikel diblog ini yang dapat anda lihat pada artikel
Seleksi Sederhana Itik Petelur
Keberhasilan tehnik tambal sulam dapat diamati bila itik sisa/yang tidak diafkir, menunjukkan performa produksi yang tinggi atau diatas 70%. Bila produksi masih bertahan diangka yang lama maka bisa disebut kita gagal melakukan seleksi. Keberhasilan juga dapat diamati dengan besarnya kisaran produksi dibulan kedua setelah tehnik tambal sulam. Diperlukan juga upaya pemeliharaan yang baik agar itik remaja/bayah yang baru minimal dapat berproduksi 50% setelah 1 bulan dipelihara.
Perhitungan lebih jelasnya tentang tehnik tambal sulam disajikan dalam contoh dibawah ini :
Misalkan dalam sebuah peternakan kita memperoleh data sebagai berikut :
- jumlah populasi bebek 200 ekor
- produksi harian 40%
- konsumsi itik 150 gram per ekor
- harga telur Rp 1.500,-
- harga pakan campuran itik Rp 5.000/kg
- harga itik remaja/bayah Rp 75.000,-
- harga itik afkir Rp 50.000,-
-setelah seleksi produksi itik lama menjadi 80%
-bulan kedua itik bayah baru mulai produksi 50% atau gabungan seluruhnya ( 80% + 50%): 2 = 65%
Maka kita dapatkan perhitungan sbb :
A. Itik tidak diafkir/tanpa tambal sulam
1. Penjualan telur (40% x 200 ekor x Rp 1.500) = Rp 120.000 -----> 30 hari x Rp 120.000 = Rp 3.600.000/bulan.
2. Biaya Pakan ( 200 ekor x 150 gram ) = 30 Kg -----> 30 Kg x Rp 5.000,- = Rp 150.000,-
30 hari x Rp 150.000 = Rp 4.500.000,-
Rugi = Rp 4.500.000 - Rp 3.600.000 = Rp 900.000,-/bulan
Walaupun mungkin tidak besar tetapi kerugian ini bersifat terus menerus setiap bulannya.
B. Itik Tambal Sulam bulan ke 1
1. Penjualan telur itik hasil seleksi ( 80% x 100 ekor x Rp 1.500) = Rp 120.000 -----> 30 hari x Rp 120.000 = Rp 3.600.000,-
2. Penjualan itik afkir ( 100 ekor x Rp. 50.000) = Rp 5.000.000,-
3. Biaya pakan itik ( 200 ekor x 150 gram) = 30 Kg -----> 30 Kg x Rp 5.000,- = Rp 150.000,-
30 hari x Rp 150.000 = Rp 4.500.000,-
4. Pembelian itik remaja/bayah ( 100 ekor x Rp 75.000) = Rp 7.500.000,-
Rugi ( Rp 7.500.000 + Rp 4.500.000) - ( Rp 5.000.000 + Rp 3.600.000) = Rp 3.400.000,-
Kerugian ini sejatinya adalah modal yang harus kita keluarkan lagi .
C. Itik tambal sulam bulan ke 2
1. Penjualan telur gabungan ( 65% x 200 ekor x Rp 1.500) = Rp 195.000 -----> 30 hari x Rp 195.000 = Rp 5.850.000,-
2. Biaya Pakan ( 200 ekor x 150 gram ) = 30 Kg -----> 30 Kg x Rp 5.000,- = Rp 150.000,-
30 hari x Rp 150.000 = Rp 4.500.000,-
Untung ( Rp 5.850.000 - Rp 4.500.000) = Rp 1.350.000,-
Keuntungan setelah tehnik tambal sulam akan semakin besar seiring dengan menanjaknya produksi itik yang baru. Bila gabungan kedua kelompok tersebut tidak lagi menghasilkan produksi yang baik, maka tehnik tambal sulam kembali kita lakukan. Sebelum memasukkan kedalam kandang, itik baru harus diberi desinfektant agar tidak menulari itik lama, dan juga ada baiknya juga bila
tidak mencampur itik baru dalam satu blok/flock dengan itik yang lama untuk menghindari stres.
Salam wek wek
<()
( )
( 2)
^^