Mengapa Telur Bebek Kopong?
oleh : Gandi Margono
Telur yang merupakan hasil dari sebuah peternakan bebek yang idealnya memiliki bentuk, warna dan isi sesuai yang diharapkan oleh peternaknya. Namun tidak semua telur yang dihasilkan bebek tunduk pada aturan tersebut, ada saja yang rusak, cacat atau bahkan tidak berbentuk seperti telur. Pengetahuan tentang bagaimana sebab terjadinya telur yang tidak sempurna akan menolong peternak untuk menghindari atau setidaknya memperkecil kemungkinan terjadinya telur yang tidak diinginkan.
Salah satu kasus yang sering muncul dilapangan adalah telur kopong yakni telur yang memiliki rongga udara terlalu besar didalamnya sehingga volume/isi telur berkurang banyak atau bahkan hampir separuhnya. Umumnya kejadian ini dapat dilihat jika telur sudah direbus atau dbuat menjadi telur asin. Termasuk telur kopong juga bila putih telur matang terlihat memiliki saluran udara/gelembung kosong pada putih telur sehingga putih telur terlihat berongga. Lalu mengapa hal tersebut dapat terjadi?
Banyak peternak menduga hal tersebut karena asupan pakan yang kurang baik dari segi jumlah maupun gizi untuk bebek, namun kenyataan dilapangan untuk bebek yang mendapat pasokan protein cukup pun hal tersebut bisa saja terjadi. Jika demikian mari kita telaah bersama faktor yang paling berperan dalam membuat telur kopong tersebut. Check it out..
Untuk memahami kasus diatas kita harus mengerti terlebih dahulu mengapa ada kopong atau ruang udara pada sebuah telur. Telur adalah sebuah maha karya yang indah dari Sang Pencipta yang didalamnya terdapat berbagai keajaiban yang dibutuhkan untuk memulai sebuah kehidupan. Telur memiliki cadangan makanan untuk bayi yang akan lahir, telur memiliki kutikula/lapisan terluar sebagai pelindung masuknya bakteri kedalam telur melalui pori-pori. Dan karena setiap mahluk hidup memerlukan oksigen untuk bernapas dan merubahnya menjadi energi maka telurpun memiliki system yang unik agar dapat menyediakan oksigen untuk calon individu baru. Hal ini karena perkembangan embrio terjadi diluar dari tubuh sang induk sehingga telur harus memiliki mekanisme sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
Mekanisme ini tidak berlaku untuk embrio yang berkembang didalam janin induknya karena aliran darah bayi hewan atau manusia terhubung melalui tali pusar yang memungkinkan bayi untuk mengumpulkan oksigen dari induknya serta menggunakan paru-paru ibunya untuk mengeluarkan karbondioksida. Nah berarti jelaslah bahwa rongga udara pada sebuah telur adalah cadangan oksigen untuk embrio dapat berkembang. Saat berkembang pula maka oksigen tersebut harus diisi ulang seraya melepaskan karbon dioksida seperti pada proses pernapasan lainnya.
Secara alami rongga udara akan bertambah luas seiring dengan umur telur yang disebabkan oleh berbagai faktor semisal faktor lingkungan luar dan tumbuh kembang janin didalamnya. Jika dibiarkan dalam udara terbuka misalnya telur hanya akan bertahan selama 10-14 hari dan setelah waktu tersebut akan mengalami perubahan-perubahan kearah kerusakan seperti terjadinya penguapan kadar air, perubahan komposisi kimia didalam telur dan pengenceran isi telur ( Cornelia dkk 2014). Jadi jelaslah salah satu faktor mengapa terbentuk telur kopong adalah lamanya usia telur/ telur lama.
Lha telur yang saya gunakan telur baru beberapa hari dipanen dari peternakan sendiri mengapa masih banyak telur yang kopong ketika dibuat telur asin? .Untuk menjawab masalah ini kita mesti pahami dulu reaksi yang terjadi saat proses pengasinan sebuah telur. Pengasinan sebuah telur sejatinya merupakan sebuah proses osmosis dimana kedua cairan dengan konsentrasi berbeda ( cairan didalam telur dan air garam) dipisahkan oleh sebuah membran semipermeable ( cangkang telur) yang memiliki kecenderungan untuk bergerak dari konsentrasi yang rendah ( cairan didalam telur) kearah yang lebih tinggi ( lumpur garam atau air garam) untuk keseimbangan potensial kimia.
Proses osmosis sendiri bisa berlangsung lama ataupun cepat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni :
1. Ukuran molekul yang meresap
2. Luas membran
3. Ketebalan membran
4. Keterlarutan lemak
5. Suhu
Dari kelima faktor diatas yang sangat berperan menyebabkan telur kopong adalah faktor suhu yang extrem disertai kelembaban yang rendah dan cangkang telur ( luas membran dan ketebalannya) sehingga proses osmosis berlangsung cepat. Cangkang telur yang tipis dan rapuh akan mudah retak diberbagai sisi (walaupun tidak terlihat mata) dan mengurangi isi kandungan telur. Bakteri dan kuman juga akan mudah menembus isi telur yang memiliki cangkang tipis dibandingkan dengan cangkang tebal. Cangkang tipis juga mempercepat aliran cairan telur menuju garam bila dibandingkan dengan cangkang telur yang tebal. Hindari alas kandang bertelur yang keras dan tambah asupan kalsium agar bebek tidak memiliki cangkang yang tipis dan rapuh.
Suhu tinggi akan membuat proses pengasinan telur seperti proses pemeraman dimana aliran osmosis bergerak cepat disertai dengan penguapan yang tinggi. Hal inilah yang mendasari kenapa saat suhu extrem panas disarankan untuk proses pengasinan sebaiknya menggunakan teknik air garam dalam toples dan menghindari penggunaan balutan garam dan batu bata untuk mencegah terjadinya telur kopong. Balutan garam dan batu bata saat udara panas extrem akan lebih cepat memadat dan menutupi aliran udara keluar sehingga terjadi proses pemeraman. Lain halnya dengan proses air garam dalam toples dimana udara masih dapat keluar dan suhu didalam toples tidak terlalu tinggi.
Faktor penyimpanan juga memegang peranan dalam membuat telur kopong. Letakkan ujung telur yang runcing pada posisi bawah agar udara dalam telur tidak bergerak naik keatas dan merusak isi telur. Hindari telur dari paparan sinar matahari langsung dan jaga dari suhu ekstrem.
Saat suhu tinggi dan kelembaban rendah penting pula untuk menjaga bebek agar tetap mendapat air minum yang cukup dan kalau perlu mandi untuk mendinginkan suhu tubuhnya. Bebek pun perlu bahagia...
Salam wek wek
<()
( )
( )
^^
ADS HERE !!!