Prosedur Penetasan Telur Itik
Oleh : Gandi Margono
Sebelum membahas prosedur penetasan telur itik/bebek ada baiknya bila kita tinjau dulu perbedaan antara telur itik dengan telur ayam sehingga dapat kita pahami mengapa dalam prosesnya terdapat sedikit perbedaan. Perbedaan yang sering tidak disadari oleh penetas pemula berakibat banyaknya telur itik yang tidak menetas, calon itik mati dalam telur, anak itik harus dibantu pemecahan cangkangnya, ataupun berhasil menetas tetapi dengan kondisi yang lemah sehingga rawan kematian.
Perbedaan yang utama adalah umumnya cangkang telur bebek memiliki ketebalan yang lebih dari pada cangkang telur ayam. Ketebalan cangkang bebek disebabkan pola makannya yang banyak mengkonsumsi pakan mengandung kalsium tinggi semisal kerang, keong, ikan ataupun tambahan dari mineral yang sengaja diberikan. Ketebalan cangkang telur bebek dialam liar sangat berguna untuk menjaga kualitas telur dari pengaruh lingkungan yang basah karena itik/bebek biasanya hidup di rawa-rawa ataupun tempat basah lainnya, karena makin tebal cangkang suatu telur maka makin lambat air/udara dapat menembus kedalam telur.
Untuk mengakali ketebalan cangkang telur bebek ini kita dapat meniru cara bebek atau entog yang sedang mengeram dimana mereka sesekali meninggalkan sarangnya dan mencari makan di rawa/sungai untuk kemudian kembali mengerami telurnya dalam kondisi bulunya masih basah oleh air. Artinya dalam proses penetasan telur itik kita memerlukan waktu untuk "mendinginkan" telur sekaligus membasahinya dengan air secara tipis-tipis/seperti sisa air dibulu entog.
Perubahan dari suhu rendah menjadi panas kembali dengan sedikit kandungan air dikerabang telur akan membuat cangkang itik lebih rapuh dan mudah untuk dipecahkan oleh bakal calon anak itik didalam telur. Pendinginan tadi juga berguna untuk melakukan pertukaran udara sehingga ada oksigen yang cukup untuk kebutuhan calon itik. Saat telur mendekati fase menetas, telur semakin banyak melepaskan karbon dioksida (CO2) sehingga pasokan oksigen (O2) berkurang walaupun ventilasi sudah dibuka maksimal, dengan pendinginan kita memastikan stock oksigen cukup untuk semua telur.
Perbedaan kedua adalah dari pola makan itik yang berbeda dari ayam dimana pemeliharaan itik kadang tidak memberikan asupan pakan yang memiliki energi metabolisme tinggi seperti jagung ataupun nasi aking. Telur mendapatkan nutrisi dari indukan, jika indukan mendapatkan pakan yang kekurangan energi maka telur yang dihasilkan pun akan kekurangan energi sehingga calon itik tidak mampu memecahkan cangkang telur/piping. Begitu pula dengan adanya kekurangan vitamin dan mineral dalam pakan maka jelas akan mempengaruhi perkembangan dan kemampuan telur untuk menetas/daya tetas.
Pakan indukan untuk itik sebaiknya harus memasukkan unsur jagung/nasi aking dan kacang hijau didalamnya sebagai sumber energi dan vitamin E serta mineral semacam selenium. Lha kok banyak praktisi yang menganjurkan pemberian pakan hanya dengan katul : konsentrat dengan perbandingan 3:1 misalnya? Itu artinya mereka hanya mengharapkan anda menjadi penghasil telur konsumsi dan bukan telur tetas...soalnya kalau anda bisa menetaskan telur dan menghasilkan dod/meri nanti akan jadi saingan mereka..wkwkwk.
Embrio didalam telur memiliki masa kritis pada 3 hari pertama dan 3 hari terakhir dari periode penetasan. Kematian embrio dalam telur biasanya didominasi pada periode ini, walaupun mungkin saja kematian embrio terjadi diluar waktu ini.
Kematian periode awal penetasan diantaranya disebabkan oleh :
1. Pakan induk kurang nutrisi
Induk kekurangan vitamin A maka embrio dalam telur mati dalam waktu 2 hari sejak penetasan sebagai
akibat gagalnya mengembangkan sistem peredaran darah, kelainan ginjal, mata dan tulang.
Induk kekurangan vitamin E maka embrio dalam telur mati dalam waktu 3 - 4 hari sejak penetasan
dengan ciri pendarahan dan kegagalan sirkulasi yang juga dipengaruhi oleh kekurangan selenium.
2. Telur terkontaminasi bakteri
Bakteri bisa berasal dari telur itu sendiri ataupun dari tangan penetas dan mesin tetas, kematian
akibat bakteri biasanya terlihat dari kantong kuning telur yang gelap dan bau busuk yang ditimbulkan. Bisa juga telur tertular bakteri dari telur busuk yang ikut ditetaskan.
3. Getaran pada mesin tetas
Getaran/goncangan pada awal beresiko membunuh embrio dan getaran yang terus menerus dapat
berakibat itik yang dilahirkan memiliki gangguan semisal kelumpuhan.
Kematian periode akhir penetasan diantaranya disebabkan oleh :
1. Pakan induk kurang nutrisi terutama energi sehingga gagal memecahkan cangkang telur untuk keluar. Pakan induk yang kekurangan vitamin B juga mengakibatkan kematian embrio. Kekurangan vitamin D akan berakibat salahnya posisi bakal calon itik, tulang rapuh dan paruh yang cacat.
2. Kurangnya suplai oksigen akan membuat udara dalam mesin penetasan bersifat racun dan membunuh calon itik, semakin tua umur penetasan/lamanya telur dimesin tetas akan membutuhkan oksigen yang besar karena perkembangan badan embrio.
3. Kegagalan embrio untuk menyerap makanan dari kantung kuning telur dan bernafas akibat kegagalan posisi ataupun sebab lainnya yang umumnya diakibatkan oleh kelembaban.
Penetasan membutuhkan suhu dan kelembaban yang tepat dan stabil untuk setiap tahapnya sehingga bila terjadi kekurangan ataupun kelebihan nilai dari derajat suhu ataupun kelembaban akan mempengaruhi keberhasilan suatu penetasan. Suhu yang terlalu tinggi berakibat telur menetas terlalu awal/kurang dari 28 hari bahkan suhu yang terlalu tinggi dalam rentang waktu yang lama dapat membunuh embrio. Suhu yang terlalu rendah berakibat penetasan menjadi terlambat waktunya dari seharusnya. Kelembaban yang terlalu tinggi berakibat janin tenggelam dalam kantung udara dan anak itik terlihat terlalu besar dari ukuran yang seharusnya/bengkak. Kelembaban yang terlalu rendah berakibat bulu anak itik menempel pada cangkang telur.
Jika itik yang dihasilkan dari sebuah penetasan banyak yang kondisinya lemah atau cacat maka kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pengaturan suhu dan kelembaban mesin tetas, pakan indukan yang kurang nutrisi dan kurangnya pembalikan telur. Pembalikan telur disarankan minimal 3x sehari dengan rentang waktu 8 jam. Pembalikan akan memastikan setiap sisi telur mendapatkan suhu dan kelembaban yang sesuai.
Beberapa langkah yang harus kita laksanakan sebelum menetaskan telur adalah :
1. Memilih telur yang layak ditetaskan
Syarat telur dapat ditetaskan adalah telur harus fertil/ berasal dari kandang yang memiliki pejantan dengan perbandingan 1:8 atau lebih, berbentuk oval, bersih, tidak retak/pecah, dan memiliki masa simpan kurang dari 7 hari, serta disimpan dalam suhu sekitar 15 derajat celcius. Telur yang tidak memenuhi syarat jika ditetaskan hanya akan mencemari telur yang layak ditetaskan.
2. Membersihkan telur dari kotoran dengan desinfektant atau air hangat campur daun sirih dengan menjaga agar lapisan lilin kulit telur tidak hilang/rusak. Untuk mesin tetas type datar sebaiknya dibuat penandaan yang berbeda untuk kedua sisinya agar tidak tertukar pada saat memutar telur.
3. Memfumigasi mesin tetas dengan formalin + KMNO4 atau yang murah bisa menggunakan ba*clean + air.
4. Suhu dan kelembaban yang dibutuhkan tiap daerah bisa berbeda, yang jelas kita usahakan mesin tetas memiliki suhu 37-38 derajat celcius dan kelembaban pada kisaran 65-70% sebelum telur dimasukkan. Pengecekan ini juga memastikan semua lampu dimesin tetas hidup dan air untuk menjaga kelembaban telah terisi. Terkadang kita perlu menggunakan 2 sampai 3 buah termometer agar yaqin berapa suhu sebenarnya yang ada didalam mesin penetasan tersebut.
5.Mempersiapkan alternatif pemanasan jika terjadi gangguan semisal mati lampu dengan menyediakan lampu minyak atau yang lebih baik berupa genset.
Setelah persiapan selesai maka saatnya kita memesukkan telur dengan posisi datar atau kalau berdiri maka ujung tumpul harus berada diatas. Jika ada mesin yang memiliki ventilasi maka pastikan ventilasi dalam keadaan tertutup diawal penetasan.
Tahap demi tahapnya :
1. Hari ke 1-3
Biarkan telur didalam mesin penetasan jangan kita ganggu karena masa ini adalah masa awal pembentukan embrio yang kritis.
Jaga suhu dan kelembaban tetap
2. Hari ke 4
Lakukan peneropongan embrio untuk menseleksi mana telur yang layak ditetaskan dan tidak.
Mulai dilakukan pemutaran telur 3x sehari dengan selang antara 8 jam.
Ventilasi mulai dibuka 1/4 nya
3. Hari ke 5-7
Ventilasi dibuka 2/4 - seluruhnya agar udara dapat bersirkulasi
Pemutara telur 3x sehari
Suhu dijaga stabil
Jaga bak air agar tetap terisi air
4. Hari ke 8-14
Jaga suhu dan bak air agar terisi terus, pada hari ke 14 dilakukan peneropongan ulang untuk seleksi telur yang kedua. Telur yang busuk sebaiknya dipisahkan agar tidak mencemari telur lainnya.
5. Hari ke 15-20
Suhu dinaikkan menjadi 38,5 -39 derajat celcius
Pemutaran dilanjutkan
Jaga bak air agar terisi dan tambahkan kapas/koran yang basah disekeliling telur.
6. Hari ke 20-25
Mulai dilakukan pendinginan dengan cara membuka pintu depan mesin tetas dan mengeluarkan telur sementara mesin tetas tidak dimatikan, ada pula sebagian peternak yang mematikan mesin tetas untuk beberapa saat ( tergantung pemilik). Mulai juga dilakukan penyemprotan dengan spray yang lembut setelah telur diputar dan suhu telur turun/dingin. Jika sudah selesai hidupkan mesin tetas dan tutup pintu depannya.
7. Hari 26-28
Jaga kelembaban di posisi 75-90%
Telur tidak diputar lagi agar calon anak itik tidak mengalami kesulitan dalam menyerap kuning telur.
Telur bebek menetas!!
Selamat mencoba dan salam wek wek
<()
( )
( 2)
^^