Ketika
alm.Bob Sadino mulai memperkenalkan telur "ayam negeri" sangat mungkin
beliau tidak sadar akan membuat banyak peternak ayam indonesia
menderita. Lha kok bisa ? Bisa saja karena saat lidah rakyat indonesia
telah terbiasa dengan daging dan telur "ayam negeri" ternyata banyak
peternak ayam indonesia hanya menjadi penonton atau kuli ( mitra) dari
pihak asing dengan label investasi. Ayam kampung terpinggirkan dan hanya
menjadi santapan saat hari raya..hehehe. "Ayam Negeri" menjelma menjadi
kebutuhan pokok rakyat indonesia.
Produksi DOC ( bahan
daging ayam negeri) pada tahun 2014 lebih dari 2.2 milyard atau 42 juta
per minggu atau 6 juta perhari ( kabar
bisnis.com)
sedangkan produksi telur ayam ras tahun 2014 mencapai 1.3 juta ton atau
lebih dari separuh produksi telur ayam nasional ( dirjen peternakan) .
Apakah peternak ayam mencicipi dampak peningkatan produksi tersebut?
Awalnya pasti iya..karena permintaan banyak, harga pakan murah, harga
jual tinggi ( saya tidak tahu apakah ini settingan pabrik besar) Lalu
bagaimana ceritanya peternak bisa rugi ? Tentu saja karena sekarang
terjadi over produksi ..stock melimpah sementara daya beli masyarakat
menurun. Harga pokok penjualan ayam negeri berkisar Rp. 17.500/kg
sedangkan harga sekarang Rp.15.000/kg bahkan dibeberapa daerah malah
lebih kecil. Begitu juga dengan peternak telur ayam negeri , dengan
rumus hpp = harga pakan x 3.2 , maka idealnya dengan harga
pakan/konsentrat Rp.7.000/kg peternak harus menjual telur dengan harga
Rp. 22.400/kg tapi kenyataannya harga ditingkat peternak sekarang
berkisar Rp. 14.000 - Rp. 17.000 saja.
Timbul pertanyaan jika
rugi kenapa masih banyak peternak? Hal ini mungkin karena sifat
peternakan indonesia yang banyak masih menganggap berternak sebagai
suatu tabungan, jadi tidak terlalu menghitung laba rugi, tentu saja
sambil berharap (mimpi?) suatu saat harga melambung tinggi.
Jadi
masih adakah pihak yang diuntungkan dalam tata niaga "ayam negeri" ini?
Tentu saja merekalah pemilik Pt. Besar karena mereka menguasai industri
ini dari hulu ke hilir, mereka memproduksi DOC sendiri, pakan sendiri,
makanan olahan sendiri dsb. Jadi saat harga daging ayam turun mereka
masih memiliki laba dari hasil jual DOC , pakan , makanan olahan dsb.
Bagaimana dengan peternak bebek? Walaupun masih sedikit beruntung
tetapi gejala kearah itu telah ada. Buktinya? Silahkan anda pelihara
bebek pedaging baik lokal maupun hybrida dengan pakan pabrikkan full.
Dijamin harta benda anda akan jadi konsumsi bebek..hehehe.
Kalau
kita amati mengapa "ayam negeri" dapat menggantikan posisi ayam kampung
salah satu faktornya adalah harga murah ( sifat asli bangsa indonesia
yang suka barang obralan ..hahaha) dan terjaminnya ketersediaan barang.
Jadi bila nanti ada "bebek negeri" dengan harga lebih murah dan selalu
tersedia dipasaran, maka kita harus bersiap menerima "bebek kampung"
senasib dengan ayam kampung. Peternaknya? Saya yaqin lebih sengsara dari
peternak ayam negeri sekarang...lha wong belum ada "bebek negeri" aja
peternak bebek yang sukses masih sedikit..hehehe.
Terus bagaimana
donk agar tidak ada "bebek negeri"? Lha ini harusnya bukan urusan saya
...ini urusannya pemerintah yang punya kekuasaan disini. Tapi seperti
biasa kita jangan ( tidak bisa?) berharap pada pemerintah untuk
menyelesaikan masalah ini ...jadi mari kita fikirkan bagaimana caranya.
Sesuai dengan hukum ekonomi suatu barang akan diminati bila adanya
kebutuhan akan barang tersebut, yang berarti selama kita masih dapat
menghasilkan daging/telur bebek dengan harga murah dan kontinyu maka
tidak akan mungkin adanya "bebek negeri"!
Bebek murah berarti
pakan murah, DOD murah, obat2an murah dan peralatan ternak murah.
Disinilah kita sebagai peternak bebek harus ikut bermain sebagai salah
satu atau minimal pengguna pakan murah/DOD murah/obat2an (vitamin) murah
dsb.
Contoh pakan murah telah banyak dilakukan oleh rekan kita semisal
Telorasin LimaTujuh Ayah, ( harusnya bisa lebih murah lagi..hahaha) yang memanfaatkan sumberdaya disekitar sebagai pakan itik.
Contoh DOD murah misalnya
Ian Sapulidi,
(bandingkan dengan DOD pt.besar) dll ( ingat salah satu faktor mengapa
DOC mahal adalah karena tidak adanya/sedikit sekali pembibit DOC lokal)
yang telah lama berkecimpung menghasilkan DOD.
Untuk obat2an
murah , kawan-kawan di grup Ayam Kresing 3 AKS telah banyak yang
membuat probiotik alami sehingga tidak memerlukan (jarang) obat pabrik/
vaksin lain lagi.
Yang perlu diingat disini adalah murah bukan
berarti murahan...jadi kalau anda produksi pakan murah, DOD murah,
ataupun obat murah..tetap kualitas harus dijaga karena pembeli sekarang
sudah cerdas.
Maju terus peternak bebek indonesia
Salam wek wek...