Prospek Ternak Itik
Oleh : Gandi Margono
Beberapa hari belakangan ini grup facebook Peternak Bebek Petelur Seluruh Indonesia ramai dengan permintaan untuk bergabung dari pengguna facebook dari luar negeri. Tidak hanya dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, ataupun Brunei permintaan bergabung juga datang dari negara asia lainnya semisal Bangladesh, India, Arab Saudi, dan lainnya yang mencapai ratusan permintaan yang harus ditolak oleh admin PBPSI demi menjaga eksistensi peternakan itik didalam negeri. Oke lah kita tidak mengetahui maksud mereka untuk bergabung karena bisa saja spam misal akibat "invite online" ataupun sales online yang ingin memperluas jaringan pemasarannya ,tetapi kami khawatir mereka bergabung hanya untuk mengamati perkembangan ternak itik di Indonesia. Mengapa kami khawatir? karena kedepannya bisnis yang tetap eksis dan berkembang adalah penyediaan bahan makanan untuk manusia.
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memprediksi jumlah manusia pada tahun 2050 akan berkembang menjadi 9,8 milyar manusia ( Tempo, 23 Juni 2017) sehingga pada tahun tersebut akan terjadi krisis pangan akibat kebutuhan bahan makanan yang melonjak sampai 60% lebih dari kebutuhan makanan saat ini bila tidak segera dilakukan langkah antisipasinya. Jelas bahwa bisnis makanan akan menjadi sebuah peluang usaha yang vital kedepannya. Apakah negara kita sudah siap?
Belanda yang memiliki luas hanya kurang dari luasnya propinsi Jawa Timur telah menjadi pengekspor sayur mayur urutan kedua terbesar didunia dan bersaing dengan Jepang yang memiliki luas kira-kira hanya 85% dari pulau Sumatra ( Kompas, 1 Maret 2018). Tentu saja hal tersebut dapat diraih dengan penggunaan teknologi pertaniannya hasil kerjasama pakar, universitas dan pelaku usaha pertanian. Pakar bekerja dengan menerapkan teknologi, kampus membimbing dan meneliti hasil penerapan teknologi sedangkan pelaku usaha/petani menyediakan lahan dan tenaga kerja proyek tersebut. Bagaimana dengan Indonesia? Sibuk politik dan rebutan kapling surga mas...
Itik sebagai salah satu sumber bahan makanan manusia baik berupa telur maupun dagingnya tentu juga akan berkembang permintaannya bila populasi manusia bertambah. Sayangnya disaat negara lain begitu antusias belajar tentang itik, masih banyak pemilik lahan terutama diluar pulau Jawa yang enggan membudidayakan itik sehingga masih jarang kita temui penjual telur asin ataupun daging bebek diluar pulau Jawa. Padahal diluar Jawa umumnya lahan masih
luas terhampar, pakan hampir gratis, kandang seadanya pun cukup mengapa kita tidak tertarik beternak itik? Di Aceh, Padang dan daerah lainnya yang memiliki pantai saya menyaksikan sendiri banyak ikan-ikan non konsumsi dibiarkan begitu saja tanpa dipakai. Begitu juga limbah kepala udang di makassar, limbah pabrik ikan di flores semuanya belum termanfaatkan. Ketika ada bebek impor masuk ke Indonesia baru ramai-ramai mengumpat " dasar antek Aseng apa-apa diimpor!"..hahaha.
Ok Pak saya mau ternak tapi siapa yang mau beli? Lha bagaimana orang akan membeli jika anda tidak menjual? Apakah pasti laku Pak? pasti laku kalau anda jual murah, apalagi lebih murah dari ayam...(khan pakan gratis mas)...masak kalah harganya dengan ayam negeri yang pakannya umumnya beli? Tapi orang daerah saya tidak terbiasa makan daging itik Pak? Anda tahu bahwa awalnya juga orang dari pulau Sumatra lebih familiar dengan daging sapi, daging kerbau ataupun daging kambing ketimbang daging ayam..tetapi kini kita dapat melihat bahwa mereka terbiasa dengan daging ayam, dan ternak ayam berkembang pesat disana.....Too many reason
Bagaimana bila saya gagal? Anda yang takut ataupun pernah gagal dalam beternak itik silahkan membaca kisah dibawah ini :
# Muniba Mazari gadis cantik asal Pakistan dipaksa menikah oleh orangtuanya saat baru berusia 18 tahun dan tentulah bukan merupakan pernikahan bahagia seperti yang diidam-idamkan oleh banyak gadis remaja seusianya. Sebagai putri yang menurut kepada orangtuanya dia coba untuk menjalankan kehidupan bahagia dengan suaminya tersebut sampai suatu ketika dalam sebuah perjalanan Muniba tertidur didalam mobil yang dikendarai oleh suaminya. Suaminya mengantuk sehingga mobil yang dikendarainya mengalami kecelakaan. Sang suami berhasil meloncat keluar mobil sebelum kecelakaan dengan selamat meninggalkan Muniba yang akhirnya terjepit dalam mobil yang ringsek.
Muniba mengalami patah tulang lengan, tulang bahunya patah dan tulang dadanyanya pun juga patah. Parahnya lagi tulang belakangnya juga patah sehingga dia harus dirawat dirumah sakit selama dua setengah tahun. Saat pulih Muniba harus menerima kenyataan bahwa dia harus hidup dengan kursi roda selamanya. Cobaan juga makin besar dengan kenyataan bahwa dia tidak mungkin hamil dan memiliki anak akibat tindakan operasi tulang belakangnya tersebut.
Saat itu Muniba mengalami suatu ketakutan yang besar pada suatu kata : "Perceraian", Pikiran Muniba dipenuhi oleh bayangan hidup sempit tanpa ada suami disisinya dengan kondisi tubuh cacatnya tersebut. Dan akhirnya ketakutan tersebut menjelma menjadi kenyataan dimana suaminya meminta izin untuk bercerai dan menikah lagi....Muniba menumpahkan kekecewaan dan rasa frustasinya diatas kanvas lukis dan mulai memberi warna hidupnya.
Kalau dia menyesali nasib dan kegagalannya hidupnya tentu kita tidak akan pernah mendengar kisah ini. Muniba bangkit dan bertekad hidup terus untuk bahagia, maka dia mulai sering tampil keluar dan belajar melukis secara profesional, mengikuti kegiatan modeling dan menjadi pembawa acara TV nasional pakistan. Dia wanita yang pertama menjadi pembawa acara dengan kursi roda di Pakistan. Dan pada tahun 2015 Muniba ditunjuk menjadi duta nasional perempuan PBB dan tahun 2016 termasuk 30 orang berpengaruh didunia untuk usia dibawah 30 tahun majalah Forbes .
Tidak apa-apa merasa takut
Tidak apa menangis
Tapi menyerah bukanlah pilihan #
Salam wek wek
<()
( )
( 2 )
^^
ADS HERE !!!