Pakan Non AGP, Siapa Takut?
Oleh : Gandi Margono
Buat Kanjeng Mas Ramane Daffa Dan Faris :
Awal tahun 2018, pelarangan penggunaan AGP dalam pakan ternak mulai diberlakukan di Indonesia. Tidak hanya pakan untuk ayam, pakan jadi dan konsentrat itik pun ikut terkena imbas pelarangan penggunaan AGP didalamnya, lalu antisipasi apa yang harus dilakukan peternak untuk menghadapi hal tersebut diatas? Apakah kita harus mencari penjual AGP pada "black market" agar itik kita tetap dalam performanya terbaiknya atau malah kita cepat-cepat menjual sisa stock AGP yang kita miliki? hahaha
Antibiotic Growth Promotor ( AGP ) secara sederhana merupakan imbuhan/tambahan pakan berupa antibiotik yang dicampurkan pada bahan pakan dengan tujuan memacu pertumbuhan ternak sekaligus meningkatkan daya hidup ternak. Mengapa AGP dapat memacu pertumbuhan sekaligus meningkatkan daya hidup ternak? Secara teori dalam tubuh semua makhluk hidup terdapat keseimbangan bakteri baik dan bakteri jahat, nah ketika AGP diberikan maka AGP akan menekan dan membunuh sebagian bakteri merugikan sehingga jumlah bakteri baik lebih dominan dibandingkan bakteri jahat sehingga ternak menjadi sehat dan tidak terganggu perkembangannya.
Penggunaaan AGP sendiri sebenarnya merupakan salah kaprah yang dilegalkan karena antibiotik sesungguhnya diberikan saat ternak sedang sakit tetapi karena terbukti dapat memacu pertumbuhan bila dibandingkan dengan pakan non AGP maka hal tersebut terus dilakukan. Jadi AGP tetap diberikan walaupun mereka tahu antibiotik dapat membuat bakteri kebal/resisten dan memicu kanker ketimbang ternak
sakit atau tidak tercapai bobot pertumbuhannya.
Pelarangan penggunaan AGP didasarkan pada kenyataan bahwa produk hasil unggas yang diberikan antibiotik dan dikonsumsi oleh manusia semisal daging dan telur masih memiliki sisa/residu antibiotik didalamnya. Tentu saja manusia sebagai penerima terakhir sampah antibiotiklah yang akan menanggung akibat tersebut yang salah satunya akibatnya sering disebut dengan penyakit kanker. Sebenarnya sudah ada pelarangan bahwa unggas yang akan disembelih/dikonsumsi oleh manusia harus terbebas beberapa hari dari pemberian antibiotik tetapi karena unggas butuh pakan dan adanya antibiotik dalam pakan maka pelarangan tersebut tidak efektif.
Mengapa peternak itik ( khususnya grup PBPSI ) seperti tidak terpengaruh dengan pelarangan AGP dalam pakan itik? Efek pakan dengan atau tanpa AGP akan sangat terasa oleh peternak yang mengejar bobot pertumbuhan ternak terutama para peternak ayam negeri/boiler. Boiler merupakan ayam yang direkayasa sehingga dalam waktu sebulan lebih harus siap dipotong, yang tentu saja berbeda dengan itik yang banyak diantara peternaknya masih menggunakan sistem angon. Selain itu tanpa disadari adalah kenyataan bahwa peternak itik sudah terbiasa memberikan antibiotik alami pada ternaknya.
Antibiotik alami seperti cacing tanah, bawang putih, kunyit, mengkudu dan daun pepaya merupakan pakan selingan yang terbiasa diberikan oleh peternak itik secara turun temurun agar itiknya sehat walaupun mungkin hanya sebagian kecil peternak saja yang bisa menjelaskan mengapa itiknya sehat ketika diberikan bahan-bahan tersebut..hahaha
Bagaimana dengan ternak itik pedaging atau mereka yang khawatir dengan pelarangan pakan AGP ini untuk mengantisipasinya? Jawabannya sederhana mas....beri itik anda probiotik. Mengapa probiotik dapat menggantikan peran AGP? karena probiotik berisi bakteri baik sehingga keseimbangan bakteri baik dalam tubuh itik terjaga, jadi jelas jika AGP bersifat menekan dan membunuh bakteri maka probiotik bekerja dengan menambah sejumlah bakteri baik sekaligus menciptakan lingkungan yang tidak ideal bagi bakteri jahat. Samimawon toh..
Sebenarnya dampak dari pelarangan AGP yang perlu kita waspadai adalah timbulnya penyakit berak darah/koksidiosis karena berak darah juga diakibatkan oleh bakteri dan pakan tanpa AGP berarti juga tanpa obat koksidiosis. Gejala itik terkena berak darah ditandai dengan itik terlihat mengantuk, sayap terkulai kebawah, bulu terasa kasar dan turunnya nafsu makan. Untuk gejala yang fatal tentu saja adalah keluarnya darah bersamaan dengan feses atau kotoran ternak.
Bagaimana mengantisipasi agar itik tidak terserang berak darah? selain pemberian antibiotik alami upayakan juga alas kandang/litter kita selalu dalam keadaan kering dan hangat. Bibit koksidiosis saat masih berupa ookista yang keluar dari dubur itik yang terjangkit penyakit berak darah tidak menyukai lingkungan yang bersifat basa dan hangat. Maka dianjurkan untuk kita memberikan kapur atau soda kautik ataupun zeolit dan lainnya yang bersifat basa pada alas kandang agar bibit koksidiosis mati sebelum menjangkiti itik kita.
Salam wek wek
<()
( )
( 2 )
^^